BUKU CARA PENULISAN SKRIPSI
Saturday, September 7, 2013
0
comments
Kutipan, Catatan Kaki, Catatan Tubuh
a. Kutipan
Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari
seorang penulis, baik yang terdapat dalam buku, majalah, koran, dan sumber
lainnya, ataupun berasal dari ucapan seorang tokoh. Kutipan digunakan untuk
mendukung argumentasi penulis.
Namun, penulis jangan sampai menyusun tulisan yang hanya
berisi kumpulan kutipan. Kerangka karangan, kesimpulan, dan ide dasar harus
tetap pendapat penulis pribadi, kutipan berfungsi untuk menunjang/mendukung
pendapat tersebut. Selain itu, seorang penulis sebaiknya tidak melakukan
pengutipan yang terlalu panjang, misalkan sampai satu halaman atau lebih,
hingga pembaca lupa bahwa apa yang dibacanya adalah kutipan. Kutipan dilakukan
seperlunya saja sehingga tidak merusak alur tulisan.
Kutipan juga bisa diambil dari pernyataan lisan dalam
sebuah wawancara, ceramah, ataupun pidato. Namun, kutipan dari pernyataan lisan
ini harus dikonfirmasikan dulu kepada narasumbernya sebelum dicantumkan dalam
tulisan.
Terdapat dua jenis kutipan:
a. Kutipan langsung, apabila penulis
mengambil pendapat orang lain secara lengkap kata demi kata, kalimat demi
kalimat, sesuai teks asli, tidak mengadakan perubahan sama sekali.
b. Kutipan tidak langsung, apabila penulis
mengambil pendapat orang lain dengan menguraikan inti sari pendapat tersebut,
susunan kalimat sesuai dengan gaya bahasa penulis sendiri.
b. Sumber Kutipan (Referensi)
Artikel terkait
:
Salah satu karakter utama tulisan ilmiah adalah referensial,
menunjukkan bahwa argumen-argumen yang diajukan dilandasi oleh teori atau konsep
tertentu, sekaligus menunjukkan kejujuran intelektual dengan mencantumkan
sumber kutipan (referensi) yang digunakan. Dalam praktik penulisan, setiap kali
penulis mengutip pendapat orang lain, baik dari buku, majalah, ataupun
wawancara, setelah kutipan itu harus dicantumkan sumber kutipan (buku, majalah,
atau koran) yang digunakan.
Secara mendasar, pencantuman sumber kutipan ini mempunyai
fungsi sebagai:
1. Menyusun pembuktian (etika kejujuran dan keterbukaan ilmiah).
2. Menyatakan penghargaan kepada penulis yang dikutip (etika hak cipta
intelektual).
Terdapat dua model pencantuman referensi:
a. Catatan tubuh (bodynote), dilakukan
ketika penulis mencantumkan sumber kutipan langsung setelah selesainya sebuah
kutipan dengan menggunakan tanda kurung.
b. Catatan kaki (footnote), dilakukan
apabila penulis mencantumkan nomor indeks di akhir sebuah kutipan, lalu di
bagian bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor
indeks yang menjelaskan sumber kutipan tersebut.
Sebuah tulisan ilmiah harus menggunakan salah satu jenis
penulisan referensi tersebut, serta harus konsisten dengan jenis tersebut.
Artinya, ketika sebuah tulisan menggunakan bodynote, maka seluruh
referensi dari awal hingga akhir tulisan harus menggunakan bodynote.
Atau, jika seorang penulis menggunakan catatan kaki, sejak awal hingga akhir
tulisan, penulis harus menggunakan catatan kaki untuk menuliskan referensinya.
c. Teknik Menggunakan Catatan Kaki
Catatan kaki mempunyai kelebihan dibandingkan dengan
catatan tubuh, yaitu:
1). Catatan kaki mampu menunjukkan sumber referensi dengan lebih lengkap. Dalam
cacatan tubuh, yang ditampilkan hanya nama pengarang, tahun terbit buku, serta
halaman buku yang dikutip. Dalam catatan kaki, nama pengarang, judul buku,
tahun terbit, nama penerbit, dan halaman dapat dicantumkan semua. Hal ini tentu
mempermudah penelusuran bagi pembaca.
2). Selain sebagai penunjukan referensi, catatan kaki dapat berfungsi untuk
memberikan catatan penjelas yang diperlukan. Hal ini tentu tidak dapat
dilakukan dengan catatan tubuh.
3). Catatan kaki dapat digunakan untuk merujuk bagian lain dari sebuah tulisan.
Berdasarkan kelebihannya tersebut, catatan kaki bisa
berisi:
1). Penunjukan sumber kutipan (referensi).
2). Catatan penjelas.
3). Penunjukan sumber kutipan sekaligus catatan penjelas.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan kaki:
1) Catatan kaki dicantumkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dengan naskah
skripsi oleh sebuah garis. Pemisahan ini akan otomatis dilakukan oleh program Microsoft
Word dengan cara mengklik insert, kemudian reference,
kemudian footnote.
2) Nomor cacatan kaki ditulis secara urut pada tiap bab, mulai dari nomor
satu. Artinya, cacatan kaki pertama di tiap awal bab menggunakan nomor satu,
begitu seterusnya.
3) Catatan kaki ditulis dengan satu spasi.
4) Pilihan huruf dalam catatan kaki harus sama dengan pilihan huruf dalam
naskah skripsi, hanya ukurannya lebih kecil, yaitu:
ü Times New
Roman (size 10)
ü Arial
(size 9)
ü Tahoma
(size 9)
5)
Baris pertama catatan kaki menjorok ke dalam
sebanyak tujuh karakter.
6)
Judul buku dalam catatan kaki ditulis miring
(italic).
7)
Nama pengarang dalam catatan kaki ditulis
lengkap dan tidak dibalik.
8) Catatan
kaki bisa berisi keterangan tambahan. Pertimbangan utama memberikan keterangan
tambahan adalah: jika keterangan tersebut ditempatkan dalam naskah (menyatu
dengan naskah) akan merusak alur tulisan atau naskah tersebut. Tidak ada batasan seberapa panjang keterangan tambahan, asalkan
proporsional.
Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang, judul buku (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.[1]
Buku dengan dua atau tiga pengarang
Nama pengarang 1, nama pengarang 2, nama pengarang 3, judul
buku (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[2]
Buku dengan banyak pengarang
Nama pengarang pertama, et al., judul buku
(kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[3]
Perhatikan: hanya nama pengarang pertama yang
dicantumkan, nama-nama pengarang lainnya diganti dengan singkatan et al.
Buku yang telah direvisi
Nama pengarang, judul buku (rev.ed.; kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[4]
Perhatikan: singkatan rev.ed. menunjukkan bahwa
buku tersebut telah mengalami revisi.
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama pengarang, judul buku (nomor volume/jilid;
kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[5]
Buku terjemahan
Nama pengarang asli, judul buku, terj. nama
penerjemah (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[6]
Perhatikan: singkatan terj. menunjukkan bahwa buku
tersebut telah diterjemahkan dan penulis mengutip dari terjemahan tersebut.
Kamus
Nama pengarang, judul kamus (kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit), halaman.[7]
Artikel dari sebuah buku antologi
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” judul buku,
ed. nama editor (kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit), halaman.[8]
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan
singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan
singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” nama
jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.[9]
Artikel dari koran/majalah
Nama pengarang artikel, ”judul artikel,” nama media, tanggal
terbit, tahun, halaman.[10]
Berita koran/majalah
”Judul berita,” nama media, tanggal terbit, tahun,
halaman.[11]
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Nama penulis, ”judul skripsi/tesis/disertasi,” (level
karya, fakultas dan universitas, nama kota, tahun terbit), halaman.[12]
Makalah seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis, ”judul makalah,” (forum penyampaian
makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tanggal seminar, tahun).[13]
Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan dokumen, nama dokumen, (nama
kota, tanggal dikeluarkan dokumen, tahun).[14]
Artikel dari internet
Nama penulis, ”judul artikel,” alamat lengkap internet
(tanggal akses).[15]
Jika artikel di internet tidak mencantumkan nama penulis,
maka langsung mengacu pada judul artikel.[16]
Pernyataan lisan
Nama narasumber, jenis pernyataan (wawancara atau
pidato), tanggal pernyataan dilakukan.[17]
Referensi dari sumber kedua
Keterangan lengkap sumber pertama (sesuai dengan aturan
catatan kaki), seperti dikutip oleh keterangan lengkap sumber kedua
(sesuai aturan catatan kaki).[18]
Perhatikan: frase ”seperti dikutip oleh”
menunjukkan bahwa penulis tidak membaca sumber asal (pertama) kutipan, hanya
membaca dari orang lain (sumber kedua) yang mengutip sumber pertama.
d. Beberapa Singkatan Khusus dalam Catatan Kaki
1) Ibid.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin ibidem
yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini digunakan apabila
referensi dalam catatan kaki nomor tersebut sama dengan referensi pada nomor
sebelumnya (tanpa diselingi catatan kaki lain). Apabila halamannya sama, cukup
ditulis Ibid., bila halamannya berbeda, setelah Ibid. dituliskan
nomor halamannya.
2) Op.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin opere citato
yang berarti pada karya yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan
apabila referensi dalam catatan kaki pada nomor tersebut sama dengan referensi
yang telah dikutip sebelumnya, namun diselingi catatan kaki lain. Op.Cit.
khusus digunakan bagi referensi yang berupa buku.
3) Loc.Cit.
Singkatan ini berasal dari bahasa latin loco citato
yang berarti pada tempat yang telah dikutip. Singkatan ini digunakan
sama dengan Op.Cit., yaitu apabila referensi dalam catatan kaki pada
nomor tersebut sama dengan referensi yang telah dikutip sebelumnya, namun
diselingi catatan kaki lain. Namun, referensi yang diacu Loc.Cit. bukan
berupa buku, melainkan artikel, baik itu dari koran, majalah, ensiklopedi,
internet, atau lainnya.
Contoh penggunaan:
1 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj.
Setio Budi (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya,
2000), hal. 45.
2 Ibid.
3 Ibid., hal. 55.
4 Dedy N. Hidayat, "Paradigma dan Perkembangan
Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2 (Oktober, 1998), hal. 25-26.
5 Ibid., hal. 28.
6 Arthur Asa
Berger, Op.Cit., hal. 70.
7 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism
and Hermeneutics (Chicago: University of Chicago Press, 1982), hal. 72 -
76.
8
Francis Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22
November, 2001, hal. 45.
9
Robert McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
10
Arthur Asa Berger, Op.Cit., hal. 96.
11
Ibid., hal. 99.
12
Ibid.
13 Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 22.
14 Francis Fukuyama, Loc.Cit.
15 Hubert L. Dreyfus, Paul Rabinow, Op.Cit.,
58.
16
Dedy N. Hidayat, Loc.Cit., hal. 21.
Cara membaca:
ü Catatan kaki nomor (2) menggunakan Ibid., karena sumber
kutipannya sama persis dengan nomor (1) baik buku maupun halamannya.
ü Catatan kaki nomor (3) buku referensinya sama dengan nomor (2), hanya saja
beda halamannya.
ü Catatan kaki nomor (5) referensinya sama dengan nomor (4), hanya saja beda
halamannya.
ü Catatan kaki nomor (6), referensinya sama dengan nomor (1), karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan
nama pengarang dan halaman.
ü Catatan kaki nomor (10) referensinya sama dengan nomor (1), karena telah
diselingi oleh catatan kaki lain, maka menggunakan Op.Cit.
ü Catatan kaki nomor (11), referensinya sama dengan catatan kaki sebelumnya,
tanpa diselingi catatan kaki lain, yaitu nomor (10), hanya saja beda
halamannya.
ü Catatan kaki nomor (12) referensinya sama persis dengan nomor (11).
ü Catatan kaki nomor (13) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda
halamannya, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4)
berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta
menuliskan halamannya.
ü Catatan kaki nomor (14) referensinya sama persis, termasuk halamannya,
dengan nomor (8), karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (8)
berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit.
ü Catatan kaki nomor (15) referensinya sama dengan nomor (7), hanya beda
halaman, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (7) berbentuk
buku (bukan artikel) maka menggunakan Op.Cit., serta menuliskan
halamannya.
ü Catatan kaki nomor (16) referensinya sama dengan nomor (4), hanya beda
halamannya, karena telah diselingi oleh catatan kaki lain dan nomor (4)
berbentuk artikel (bukan buku) maka menggunakan Loc.Cit., serta
menuliskan halamannya.
e. Teknik Menggunakan Catatan Tubuh
Kelebihan catatan tubuh adalah kemudahan bagi pembaca
dalam mengecek sumber sebuah kutipan yang langsung terdapat sebelum atau
setelah kutipan tersebut, tanpa perlu berpindah ke bagian bawah halaman.
Prinsip-prinsip dalam menuliskan catatan tubuh:
1). Catatan tubuh menyatu dengan naskah, hanya ditandai dengan kurung buka dan
kurung tutup.
2). Catatan tubuh memuat nama belakang penulis, tahun terbit buku dan halaman
yang dikutip. Contoh:
a). Nama penulis adalah Arthur Asa Berger, maka cukup ditulis Berger.
b). Nama penulis Jalaluddin Rakhmat, maka cukup ditulis Rakhmat.
3). Terdapat dua cara menuliskan catatan tubuh:
a). Nama penulis, tahun terbit dan halaman berada dalam tanda kurung,
ditempatkan setelah selesainya sebuah kutipan. Jika kutipan ini merupakan akhir kalimat, maka tanda titik ditempatkan
setelah kurung tutup catatan tubuh. Contoh:
Di titik inilah esensi hegemoni: hubungan di antara
agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan orientasi ideologis, yang
berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh masyarakat (Lull, 1995: 31-38).
b). Nama penulis menyatu dalam naskah tulisan, tidak berada dalam tanda kurung,
sementara tahun penerbitan dan halaman berada dalam tanda kurung. Model ini biasanya ditempatkan sebelum sebuah kutipan. Contoh:
Menurut Lull (1995: 31-38), di titik inilah esensi
hegemoni: hubungan di antara agen-agen utama yang menjadi alat sosialisasi dan
orientasi ideologis, yang berinteraksi, kumulatif, dan diterima oleh
masyarakat.
Buku dengan satu pengarang
ü ..... (Lull, 1995: 31 – 38).
ü Menurut Lull (1995: 31 – 38), .....
Buku dengan dua atau tiga pengarang
ü ….. (Dreyfus dan Rabinow, 1982: 72 – 76).
ü Dreyfus dan Rabinow (1982: 72 – 76) mengatakan …..
Buku dengan banyak pengarang
ü ...... (Ibrahim, et al., 1997: 52 – 54).
ü ...... (Ibrahim, dkk., 1997: 52 – 54).
Buku yang terdiri dua jilid atau lebih
ü ..... (Lapidus, Vol.1, 1988: 131).
ü Mengacu pada Lapidus (Vol.1, 1988: 131), …..
Buku terjemahan
ü ….. (Berger, terj., Setio Budi, 2000: 44 – 45).
ü Berger (terj., Setio Budi, 2000: 44 – 45) menandaskan .....
Artikel dari sebuah buku antologi
ü ..... (Alam, dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998: 77).
ü Menurut Alam (dalam Mastuhu dan Ridwan (eds.), 1998: 77), .....
Perhatikan: jika editor satu orang maka menggunakan
singkatan ed., namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan
singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
ü ......
(Hidayat, Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26).
ü Hidayat (Jurnal ISKI, No. 2, Oktober 1998: 25-26) menyebut …..
Artikel dari koran/majalah
ü ..... (Fukuyama, Koran Tempo, 22 November 2001).
ü Melandaskan argumen pada Fukuyama (Koran
Tempo, 22 November 2001), ......
Berita koran/majalah
ü ..... (Republika, 10 September 2002).
ü Harian Republika (10 September 2002) memberitakan .....
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
ü ..... (Nazaruddin, Skripsi, 2004: 205).
ü Menurut Nazaruddin (Skripsi, 2004: 205), .....
Makalah seminar yang tidak diterbitkan
ü ..... (Nazaruddin, Makalah, 2007).
ü Dalam makalahnya yang disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional Komunikasi,
Nazaruddin (2007) mengatakan, .....
Dokumen
yang tidak diterbitkan
ü .....
(U.S. Department of Foreign Affairs, 1998).
ü Dalam
dokumen yang dikeluarkan U.S. Department of Foreign Affairs (1998) disebutkan
bahwa …..
Artikel
dari internet
ü …..
(Chesney, www.thirdworldtraveler.com/
Robert_McChesney_ page.html, akses 15 Juni 2007).
ü Mengutip
Chesney (www.thirdworldtraveler.com/Robert_
McChesney_page.html, akses 15 Juni 2007), …..
Perhatikan:
alamat web yang dicantumkan adalah alamat lengkap, dengan cara copy-paste
dari address web secara langsung.
Pernyataan
lisan
ü …..
(Samijan, wawancara, 11 November 2006).
ü Dalam
wawancara dengan penulis, Samijan (11 November 2006) mengatakan ……
Referensi dari sumber kedua
ü Menurut Marx (seperti dikutip
Takwin, 2000: 44), ......
f.
Penggunaan Kutipan dan
Referensi
1). Kutipan langsung empat baris
atau lebih
Prinsip-prinsip:
a).
Kutipan
dipisahkan dari teks.
b).
Kutipan
menjorok ke dalam lebih kurang tujuh karakter. Bila awal kutipan adalah alinea
baru, baris pertama kutipan menjorok lagi ke dalam lebih kurang tujuh karakter.
c).
Kutipan diketik dengan spasi satu.
d).
Kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (boleh
tidak).
e).
Jika menggunakan catatan tubuh (bodynote), maka
cacatan tubuh dicantumkan setelah kutipan. Contoh:
Pertanyaannya kemudian
adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk melanggengkan
dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx menjelaskan
bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu yang menyusun kelas yang berkuasa
berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang lainnya. Ketika mereka
memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan keseluruhannya dalam
sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa mereka melakukan
tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang peranan sekaligus
pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta mengatur produksi
dan distribusi idenya pada masa tersebut.” (Berger, 2000: 44 – 45)
Dalam contoh di atas,
kalimat ”Pertanyaannya kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah
naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada masa tersebut”
adalah kutipan langsung dari sebuah buku yang ditulis Arthur Asa Berger,
diterbitkan pada tahun 2000, dan kutipan berasal dari halaman 44-45 buku
tersebut.
f).
Jika menggunakan catatan kaki (footnote), maka
nomor indeks ditempatkan setelah kutipan, lalu di bagian
bawah halaman tersebut (bagian kaki halaman) terdapat keterangan nomor indeks
yang menjelaskan sumber kutipan tersebut. Contoh:
Pertanyaannya kemudian
adalah bagaimana kelas berkuasa bekerja melalui ideologi untuk melanggengkan
dominasi mereka? Barangkali penting dikutip di sini bagaimana Marx menjelaskan
bekerjanya kelas berkuasa:
“Individu-individu yang
menyusun kelas yang berkuasa berkeinginan memiliki sesuatu/kesadaran dari yang
lainnya. Ketika mereka memegang peranan sebagai sebuah kelas dan menentukan
keseluruhannya dalam sebuah kurun waktu, hal tersebut adalah bukti diri bahwa
mereka melakukan tersebut dalam jangkauannya kepada yang lainnya, memegang
peranan sekaligus pula sebagai pemikir-pemikir, sebagai pemproduksi ide serta
mengatur produksi dan distribusi idenya pada masa tersebut.” [19]
Dalam contoh di atas, kalimat ”Pertanyaannya
kemudian.....bekerjanya kelas berkuasa” adalah naskah skripsi. Kalimat ”Individu-individu.....pada
masa tersebut” adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa
dilengkapi dengan keterangan tambahan. [20]
2). Kutipan langsung kurang dari empat baris
Prinsip-prinsip:
a).
Kutipan
tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
b).
Kutipan
harus diawali dan diakhiri dengan tanda kutip.
c).
Jika
menggunakan catatan tubuh, contoh:
Bagi sebuah kekuasaan resmi negara, salah satu
representasi ideologi yang penting terwujud dalam pidato dan
pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara tersebut, secara
khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart (1967: 61)
mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for
presidents, is a political act, the mechanism for wielding power."
Dalam
contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang berkuasa”
adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power”
adalah kutipan dari buku yang ditulis R.P. Hart, diterbitkan pada tahun 1967,
dan kutipan berasal dari halaman 61 buku tersebut.
d).
Jika menggunakan catatan kaki, contoh:
Bagi sebuah kekuasaan
resmi negara, salah satu representasi ideologi yang penting terwujud dalam pidato
dan pernyataan-pernyataan para penyelenggara kekuasaan negara tersebut, secara
khusus adalah seorang presiden ataupun raja yang berkuasa. Hart
mengatakan: "The symbolic dimensions of politics speech-making, for
presidents, is a political act, the mechanism for wielding power." [21]
Dalam
contoh di atas, kalimat “Bagi sebuah kekuasaan ….. raja yang berkuasa”
adalah naskah skripsi. Kalimat “The symbolic ….. for wielding power”
adalah kutipan. Catatan kaki dalam contoh ini bisa dilengkapi dengan keterangan
tambahan. [22]
3). Kutipan tidak
langsung.
Prinsip-prinsip:
a).
Kutipan
tidak dipisahkan dari teks (menyatu dengan teks).
b).
Kutipan
tidak boleh menggunakan tanda kutip.
c).
Jika
menggunakan catatan tubuh, contoh:
Media bukanlah sarana netral yang menampilkan
berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media adalah subjek yang lengkap
dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet
Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis bahwa
ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan (Wollacott, 1982: 109, Barrat, 1994: 51-52). Media
berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka sekaligus
mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok lain.
Dalam
contoh di atas, pernyataan bahwa ”ideologi yang dominan yang akan tampil
dalam pemberitaan” adalah inti pendapat dari James Wollacott dan David
Barrat yang penulis sajikan dalam bahasa sendiri.
d).
Jika menggunakan catatan kaki, contoh:
Media bukanlah sarana netral yang menampilkan
berbagai ideologi dan kelompok apa adanya, media adalah subjek yang lengkap
dengan pandangan, kepentingan, serta keberpihakan ideologisnya. Janet
Woollacott dan David Barrat menegaskan pandangan para teoritis Marxis bahwa
ideologi yang dominanlah yang akan tampil dalam pemberitaan.[23] Media berpihak pada kelompok dominan, menyebarkan ideologi mereka
sekaligus mengontrol dan memarginalkan wacana dan ideologi kelompok-kelompok
lain.
Dalam contoh di atas,
catatan kaki bisa dilengkapi dengan keterangan tambahan. [24]
7. Daftar Pustaka
Daftar pustaka/bibliografi adalah daftar yang berisi
buku, artikel, dokumen, dan segenap kepustakaan lainnya yang digunakan dalam
menyusun sebuah tulisan ilmiah, ditempatkan di bagian terakhir (halaman
terpisah/tersendiri) dari tulisan ilmiah tersebut. Daftar pustaka atau
bibliografi mutlak ada dalam sebuah karya ilmiah, menunjukkan sifat referensial
atas karya tersebut. Bibliografi disusun secara alfabetis (Lampiran
VI.3).
Unsur-unsur dalam sebuah daftar pustaka:
ü Nama pengarang (ditulis secara terbalik).
ü Judul buku (termasuk judul tambahannya).
ü Data publikasi (tempat terbit, nama penerbit, tahun terbit).
ü Nama pengarang artikel dan judul artikel (untuk artikel).
ü Data publikasi media, untuk artikel di media (nama media, tanggal terbit).
ü Alamat lengkap internet dan waktu akses (untuk bahan dari internet).
Cara penyusunan daftar pustaka:
Buku dengan satu pengarang
Nama pengarang (dibalik). Judul buku. Kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Barrat, David. Media Sociology. London
and New York: Routledge, 1994.
Buku dengan dua atau tiga pengarang
Nama pengarang 1 (dibalik), nama pengarang 2 (tidak
dibalik), nama pengarang 3 (tidak dibalik). Judul buku. Kota penerbit:
nama penerbit, tahun terbit.
Dreyfus, Hubert L., Paul Rabinow. Beyond
Structuralism and Hermeneutics. Chicago: University of
Chicago Press, 1982.
Buku
dengan banyak pengarang
Nama
pengarang 1 (dibalik), et.al. Judul buku. Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit.
Ibrahim,
Idi Subandi, et.al. Hegemoni Budaya. Yogyakarta: Bentang, 1997.
Buku
yang telah direvisi
Nama
pengarang (dibalik). Judul buku. Rev.ed. Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit.
Rakhmat,
Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Rev.ed. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Buku
yang terdiri dua jilid atau lebih
Nama
pengarang (dibalik). Judul buku. Volume/Jilid. Kota penerbit: nama
penerbit, tahun terbit.
Lapidus,
Ira M. A History of Islamic Societes. Vol.1. Cambridge: Cambridge
University Press, 1988.
Buku
terjemahan
Nama
pengarang asli (dibalik). Judul buku, terj. nama penerjemah. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Berger, Arthur Asa. Media Analysis Techniques, terj.
Setio Budi HH. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000.
Kamus
Nama pengarang kamus (dibalik). Judul kamus. Kota
penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1994.
Artikel dari sebuah buku antologi
Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Judul
buku, ed. nama editor. Kota penerbit: nama penerbit, tahun terbit.
Alam, Rudi Harisyah. “Perspektif Pasca-Modernisme dalam
Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam Tradisi Baru Penelitian Agama
Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds. Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan.
Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998.
Perhatian: jika editor satu orang maka menggunakan singkatan ed.,
namun jika editor dua orang atau lebih menggunakan singkatan eds.
Artikel dari sebuah jurnal/majalah ilmiah
Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama
jurnal/majalah ilmiah, edisi jurnal (bulan terbit, tahun terbit), halaman.
Hidayat, Dedy N. "Paradigma dan Perkembangan
Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, II (Oktober, 1998), hal. 32-43.
Perhatian: halaman yang dimaksud di daftar pustaka ini adalah halaman dari
awal sampai akhir tempat artikel berada dalam jurnal/majalah ilmiah, bukan
halaman yang dikutip.
Artikel dari koran/majalah
Nama pengarang artikel (dibalik). ”Judul artikel,” Nama
media, tanggal dan tahun terbit.
Fukuyama, Francis. “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran
Tempo, 22 November 2001.
Berita koran/majalah
”Judul berita,” Nama media, tanggal dan tahun
terbit.
“Islam di AS Jadi Agama Kedua,” Republika, 10
September 2002.
Skripsi/Tesis/Disertasi yang belum diterbitkan
Nama penulis (dibalik). ”Judul skripsi/tesis/disertasi.”
Level karya, fakultas dan universitas, nama kota, tahun terbit.
Nazaruddin,
Muzayin. “War Against Terrorism: Critical Discourse Analysis.” Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas
Maret, Surakarta, 2004.
Makalah seminar yang tidak diterbitkan
Nama penulis (dibalik). ”Judul makalah.” Forum
penyampaian makalah, penyelenggara seminar, nama kota, tahun.
Nazaruddin, Muzayin. “Dua Tipe Perempuan dalam Film dan
Sinetron Mistik Indonesia.” Makalah disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional,
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Jakarta, 2007.
Dokumen yang tidak diterbitkan
Lembaga yang mengeluarkan dokumen. Nama dokumen.
Nama kota, tanggal dan tahun dikeluarkan dokumen.
U.S.
Department of Foreign Affairs. Testimony by John. J. Maresca, Vice President
International Relations Unocal Corporation to House Committee on International
Relations Subcommittee on Asia and The Pacific. Washington D.C., 12
February 1998.
Artikel
di internet
Nama
penulis (dibalik). ”Judul artikel.” Alamat lengkap internet (waktu akses).
McChesney,
Robert. “Rich Media Poor Democracy.” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
”Judul
artikel.” Alamat lengkap internet (waktu akses).
“Pengelolaan Bencana: Pengelolaan Kerentanan Masyarakat.”
www.walhi.or.id/kampanye/bencana
(akses 17 Agustus 2006).
[1] David
Barrat, Media Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal.
273.
[2] Hubert L.
Dreyfus, Paul Rabinow, Beyond Structuralism and Hermeneutics (Chicago:
University of Chicago Press, 1982), hal. 72 - 76.
[3] Idi Subandi Ibrahim, et al., Hegemoni Budaya (Yogyakarta:
Bentang, 1997), hal. 52 - 54.
[4] Jalaluddin Rakhmat, Psikologi
Komunikasi (rev.ed.; Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 55.
[5] Ira M. Lapidus, A
History of Islamic Societes (Vol.1; Cambridge: Cambridge University Press,
1988), hal. 131.
[6] Arthur Asa Berger, Media
Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH.
(Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[7] Lorens
Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 595.
[8] Rudi Harisyah Alam,
“Perspektif Pasca-Modernisme dalam Kajian Keagamaan,” Kajian Keagamaan dalam
Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, eds. Prof. Dr. Mastuhu, M.Ed., M. Deden Ridwan
(Bandung: Penerbit Nuansa dan PUSJARLIT, 1998), hal. 67-77.
[9] Dedy N. Hidayat,
"Paradigma dan Perkembangan Penelitian Komunikasi," Jurnal Ikatan
Sarjana Komunikasi Indonesia, No. 2
(Oktober, 1998), hal. 25-26.
[10]
Francis Fukuyama, “Benturan Islam dan Modernitas,” Koran Tempo, 22
November, 2001, hal. 4.
[11] “Islam di AS Jadi
Agama Kedua,” Republika, 10 September, 2002, hal. 6.
[12] Muzayin Nazaruddin,
“War Against Terrorism: Critical Discourse Analysis,” (Skripsi Sarjana,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta,
2004), hal. 205.
[13] Muzayin Nazaruddin,
“Dua Tipe Perempuan dalam Film dan Sinetron Mistik Indonesia,” (Makalah
disampaikan dalam Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, Jakarta, 26 – 28 Juni, 2007).
[14] U.S.
Department of Foreign Affairs, Testimony by John. J. Maresca, Vice President
International Relations Unocal Corporation to House Committee on International
Relations Subcommittee on Asia and The Pacific (Washington D.C., 12
February, 1998).
[15] Robert
McChesney, “Rich Media Poor Democracy,” www.thirdworldtraveler.com/Robert_McChesney_page.html
(akses 16 Agustus 2006).
[16] “Pengelolaan Bencana: Pengelolaan Kerentanan Masyarakat,” www.walhi.or.id/kampanye/bencana
(akses 17 Agustus 2006).
[17] Samijan, wawancara
dengan penulis, 11 November 2006.
[18] Karl Marx, Selected
Writings in Sociology and Social Philosophy, eds. T.B. Bottomore and
Maximilien Rubel (New York: McGraw-Hill, 1964), hal. 78, seperti dikutip oleh
Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi HH. (Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000),
hal. 44 – 45.
[19] Arthur Asa Berger, Media
Analysis Techniques, terj. Setio Budi
(Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45.
[20] Arthur Asa
Berger, Media Analysis Techniques, terj. Setio Budi (Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Atma Jaya, 2000), hal. 44 – 45. Cukup jelas, Marx
menawarkan gagasan bahwa ide-ide atau gagasan pada suatu masa adalah yang
disebarluaskan dan dipopulerkan oleh kelas berkuasa sesuai kepentingannya.
Kelas penguasa itu, seperti ditegaskan Marx, merupakan pemikir, pemproduksi ide
sekaligus mengatur distribusi idenya. Dalam hal produksi dan penyebarluasan ide
inilah kita bisa mengurai saling keterkaitan antara kelas penguasa, ideologi,
wacana dan media.
[21] R.P. Hardt, The
Sound of Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago:
Chicago University Press, 1987), hal. 61.
[22] Pada dasarnya tiap
pemimpin politik selalu menciptakan bahasa politik yang menjadi kekuatan utama
konsolidasi simbolik dalam rangka mendukung politik dijalankan serta meneguhkan
ideologi kekuasaan. Dalam sebuah studinya mengenai pidato kemenangan presiden
di Amerika, Corcohan menunjukkan bahwa tiap presiden ternyata mempunyai gaya
bahasa serta strategi wacana yang berbeda. Lihat lebih jauh di R.P. Hardt, The
Sound of Leadership: Presidential Communication in the Modern-Age (Chicago:
Chicago University Press, 1987), hal. 61.
[23]
David
Barrat, Media Sociology (London and New York: Routledge, 1994), hal.
51-52. Lihat juga Janet Wollacott, “Message and Meanings”, dalam Culture,
Society and the Media, eds. Michael Gurevitch, James Curran and
James Wollacott (London: Methuen, 1982), hal. 109.
[24] Keberpihakan media
akan menampilkan kelompok dominan dalam pemberitaan. Lebih jauh, media bukan
hanya alat bagi ideologi dominan, tetapi juga memproduksi ideologi dominan itu
sendiri. Lihat David Barrat, Media Sociology (London and New
York: Routledge, 1994), hal. 51-52. Lihat juga Janet Wollacott, “Message and
Meanings”, dalam Culture, Society and the Media, eds. Michael
Gurevitch, James Curran and James Wollacott (London: Methuen,
1982), hal. 109.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: BUKU CARA PENULISAN SKRIPSI
Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://rabbanisibolis.blogspot.com/2013/09/buku-cara-penulisan-skripsi.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Berman HS
Rating Blog 5 dari 5